Sebelumnya di sini.
Oke, jadi ini sambungan keempat dari review petualangan saya dalam menjelajahi ranah shoujo manga. Sejujurnya, saya nggak terlalu banyak baca manga akhir-akhir ini karena berbagai alasan, jadi don't expect this to be a long post. Cuma biar nggak makin banyak yang kelupaan aja.
21. Benkyou no Jikan - Minami Touko (8/10)
Manga satu volume yang lumayan bagus. Cerita utamanya tentang seorang cewek yang terpaksa minta tolong ditutorin sama cowok nerd misterius di kelasnya karena nilai dia jelek. Lama-kelamaan mereka jadi ngerasa nyaman satu sama lain, eh tapi kemudian cowok itu potong rambut dan jadi keren banget, bikin cewek-cewek yang tadinya nyuekin dia mendadak berubah jadi sekumpulan fangirls. Si cewek berasa tersingkir dan ngejauh, sampai suatu saat mereka ketemu lagi di perpus pada saat si cowok berusaha kabur dari fangirlsnya. Mereka confess. Jadian. Sederhana tapi sweet lah pokoknya.
Cerita kedua dan ketiganya, menurut saya agak lebih gloomy dan angsty. Yang kedua tentang seorang cewek yang punya trauma di masa lalu disangkain ngerebut pacar sahabat ceweknya sendiri, dan sejak itu cuma ada satu cowok yang mau jadi temennya. Nah, si cewek ini kemudian kenalan sama cewek lain. Temen barunya ini kemudian naksir sama sahabat cowoknya itu. Turns out si cowok itu udah lama naksir dia, tapi kemudian ditolak si tokoh utama karena dia takut kejadian yang sama terulang (walaupun dia sebenernya suka juga sama cowok tsb), dan karena satu dan lain hal awkward, dia nggak ngobrol lagi sama sahabat cowoknya itu. Untungnya, akhirnya dia jujur sama perasaannya sendiri baik ke temen ceweknya itu maupun ex-sahabat cowoknya. Happy ending.
Cerita ketiga, tentang seorang cewek yang temenan sejak kecil sama tetangganya yang cowok kembar. Dia naksir salah satu dari si kembar, tapi justru si kembar satunya yang naksir sama dia, sedangkan kembar yang dia suka mendadak punya pacar. Angst ensues, tapi akhirnya semua terselesaikan dengan baik.
Nggak bagus yang gimana-gimana banget, tapi ini bacaan yang sangat oke buat ngehabisin waktu.
22. Dawn of Arcana - Rei Toma (7/10)
Manga ini kayaknya lumayan terkenal. Fantasy romance pula. Terus kenapa saya nggak terlalu suka? Biar anti-mainstream aja ya? Nggak, bukan begitu. Cuma yea, saya nggak gitu selera aja. Abis menurut saya, tone di manga ini terlalu serius. Si mangaka beneran bisa ngelucu kalo dia mau sih (kayak adegan Caesar siap-siap pake seragam pendaki gunung pas mau nyari Nakaba, sumpah itu random abis), tapi di kebanyakan bagian nggak kayak gitu. Bukan berarti saya nggak suka cerita yang serius, cuma uhhh... gimana ya, menurut saya manga ini bakalan lebih oke kalo lebih berwarna gitu.
Masih, tetep ngehook banget sih. Saya inget ngedonlot (*shameless*) manga ini non-stop saking penasarannya tiap kali satu volume selesai. Konfliknya sebenernya lumayan sederhana, twistnya juga bukannya bikin otak makin keriput atau apa (kayak *cough*Pandora Hearts*cough*), tapi eksekusinya oke. Di saat-saat yang saya pikir emang krusial, seriusnya manga ini beneran dapet banget sampai saya ikut depressed atau tegang. Terus, soal rasisme via rambut itu ide yang saya-suka-sekali.
Soal karakter. Saya nggak terlalu suka Nakaba karena dia sangat tipikal cewek-tsundere-tegar-tapisekaligus-cengeng-dengan-latar-belakang-super-sengsara-yang-kemudian-diperebutkan-dua-pria. Mengenai para cowoknya, saya masih lebih suka Loki daripada Caesar (walaupun saya juga suka Caesar... dia adorkable banget soalnya), sayang sekali akhirnya Loki *piiip*.
To sum up, saya pikir manga ini bagus banget, tapi sangat kurang rame. Kalo emang kalian suka baca yang model begini, ini super worth reading lah. Tapi buat saya ya... well, buat ukuran manga yang lumayan ngehype, entah kenapa nggak senendang itu.
23. Eensy Weensy Monster - Masami Tsuda (10/10)
Well, saya nggak mungkin ngasih nilai kurang dari ini buat mangakanya Kare Kano. Ini manga yang panjangnya pas, sweet, menghibur, dan mengena di hati. Pesannya bagus banget, yaitu betapa cinta sejati justru bakal lebih mencintai kekurangan-kekurangan kita, atau sifat-sifat buruk nan tersembunyi kita yang normalnya kita sembunyiin dari orang lain. Karakter utamanya dua-duanya saya suka, dengan semua ketololan, keanehan, sekaligus keimutan mereka.
Kalian HARUS baca ini, pokoknya.
24. Hapi Mari - Enjouji Maki (8/10)
Ini manga josei (bukan shoujo), half-smut, dan kayaknya banyak orang yang udah baca atau tau. Err... saya nggak yakin bisa ngomong banyak soal manga ini, tapi saya rasa cukup aman buat bilang kalo setting everything aside, saya lumayan suka ceritanya karena ngebuka mata saya soal kehidupan pernikahan ternyata nggak segampang itu. Ada masalah-masalah krusial yang jelas sama sekali nggak kepikiran di otak cewek 22-year-old-jomblo kayak saya. Dan manga ini ngemasnya dengan sweet sekali.
Minus sifat S-nya, saya mau banget punya suami ganteng, mapan, berjiwa leader, dan manly kayak Hokuto.
25. Horimiya - HERO & Daisuke Higawara (9/10)
Yea, ini satu lagi manga yang udah jadi must-read buat para pencinta shoujo manga (padahal ini... shounen?). And I looove it. Sederhana, asik, kocak, nggak banyak drama, dan pacenya nyantai gitu. Udah gitu, ini jelas bukan your typical shoujo manga. Nggak ada tuh karakter utama yang weepy, ga berdaya, dan cuma mikirin cecintaan--karena Hori cewek yang kuat, rajin, dan mandiri (tanpa harus jadi tomboyish--satu lagi tipe heroine yang saya benci ugh). Sedangkan Miya, nggak kayak kebanyakan male-lead yang ganteng blingbling tanpa cacat, malah "cantik", soft-hearted, aneh, dan ansos (bukannya kuudere, tapi ansos lol). Plus point karena mereka jadiannya gapake dramatis, nangis-nangis, jerit-jerit, public confession, atau kejar-kejaran kayak film India, melainkan mengalir aja gitu. From best buddies to lovers.
Damn, kalo si Miya nggak potong rambut dan jadi mendadak-populer gitu (yang bikin dia hampir tipikal), saya bakal ngasih manga ini nilai 10! Lagian apa siiiihh yang salah dari cowok emo cantik yang rambutnya panjang sedikit???? Damn u society tukang ngejudge. *gigit meja*
26. Kimi no Sei - Sakura Iro & Chatani Ami (6/10)
Ini josei sih. Ada dua volume. Nggak begitu bagus. Ceritanya tentang seorang cowok playboy yang pada suatu hari fall in love at the first sight sama satu cewek manis. Ternyata cewek manis ini dulunya korban bully dia pas jaman SD, dan sekarang mau jadian sama dia cuma buat balas dendam. Sebenernya premisnya not bad, cuma eksekusinya itu... Mana dari awal, pemakaian trope cinta-pada-pandangan-pertama udah langsung ngasih kesan "meh" buat saya. Minus point lagi karena si mangaka sampai makai karakter cewek yang jealous-dan-jahat buat NYULIK si cewek, sebagai alat buat bikin kedua karakter utama confess. Man, it was such a big no for me.
Awalnya saya nyari ini karena ada tag "unrequited love" disini, tapi boro-boro ngerasain angst, muka saya :\ sepanjang baca ini. Silakan kalo mau baca sih, tapi masih banyak josei yang lebih bagus buat dipake ngehabisin waktu.
27. Tonari no Atashi - Atsuko Nanba (8/10)
Saya semacem torn-apart gitu sih soal manga ini. Ini jelas manga unrequited love penuh angst, dan ada banyak hal yang sangat saya suka sekaligus sangat tidak saya suka di sini.
Yang saya nggak suka, misalnya, betapa dari empat karakter utama, cuma satu yang saya suka yaitu si Miyake. Yang tiga sisanya--termasuk si Nina tokoh utamanya--pengen saya gelindingin ke laut karena sikap-sikap ababil mereka (Nina cengeng, Kyou ga tegas, dan Yuiko.... that slut--oke pardon my language, but for real, it's kinda true -_-). Terus juga, betapa anak-anak SMP ini rasanya "kejauhan" banget, sampai udah ada inisiatif ke arah "begituan" dalam hubungan mereka (mungkin saya emang kolot, tapi ngebayangin anak2 SMP ngelakuin hal2 kayak gitu rasanya creepy ah).
Yang saya suka, adalah betapa Nina akhirnya milih Miyake yang tegar, baik, dan setia ketimbang Kyou--si gebetan awalnya. Menurut saya, itu hal yang jarang terjadi dalam shoujo manga yang ceritanya kayak gini. Dan soal betapa akhirnya Kyou dan Yuiko akhirnya putus, soalnya mereka nggak deserve sebuah happy ending dari hubungan yang kayak gitu. Cih.
Ini manga yang saya pikir bakal jadi hit and miss. Karena secara overall, premisnya emang nggak asing tapi eksekusinya bagus, pacenya pas dan nggak buru-buru, dan biarpun karakternya mostly sampah--pada akhirnya tindakan mereka justified. Adegan-adegan emosionalnya juga kena. Tapi ya, itulah, karena hal-hal yang udah saya sebut di atas, mungkin sekali pembaca bakal keturn-off duluan.
***
(mungkin bakal disambung beberapa minggu [atau bulan] kemudian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar