Kamis, 26 Desember 2013

INI REVIEW, BUKAN RANT: Shoujo Manga (4)

Sebelumnya ada di sini.


17. Tonari no Kaibutsu-kun - Robico (8/10)

Sebenernya saya belum selesai baca ini, jadi belum bisa celoteh banyak soal endingnya (tuna fishing, ya ampun). Saya suka gimana Shizuku (Mitty!) beda banget dari mainstreamnya karakter utama shoujo manga. In a way, it makes my reading more fun. Tapi Haru... entah deh, kayaknya masalah selera/ hasrat fangirl aja kali ya, Haru ini nggak begitu punya appeal sebagai male lead di mata saya. Mungkin karena dia terlalu kompleks. Saya nggak bisa mandang dia sebagai obyek fangirling seperti male lead di shoujo manga pada umumnya. Cuma sebagai karakter. Walau harus saya akuin juga, kalo sebagai karakter ini, dia bisa dibilang sangat menarik.

Daripada Haru atau Shizuku, sebenernya saya lebih suka beta couplenya, Natsume dan Sasayan. Gimana ya, mereka lebih rame aja gitu. Murni preferensi aja sih. Abisnya perkembangan couple Haru yang jenius bego dan Mitty yang kaku makin lama makin kerasa biasa aja. Dinamikanya nggak terlalu ekstrem. Lain sama karakter Natsume yang rame, dengan latar belakang masalah, maupun motivasi karakternya yang unik. Saya suka. Sedangkan Sasayan, he is such a simple, cute guy. Tipe cowok yang kayaknya asik diajak temenan, bisa diandalin, plus ngebantu kita nyelesain masalah dengan carefree attitude yang positif. Terlebih lagi, saya berasa tersentuh karena cowok yang periang nan carefree ini ternyata udah naksir sama Natsume sejak lama.

Mungkin nomer ini bakal saya edit begitu internet saya berhenti bertingkah nyebelin, dan akhirnya saya bisa nyelesain baca. Cuma tinggal satu volume lagi kok.

18. Toradora! (8/10)

Ini ternyata asalnya dari LN, dan udah ada animenya. Satu lagi, saya sebenernya nggak yakin ini shoujo manga. Tapi yasudahlah, saya rant review aja karena udah terlanjur dibaca, meski masih ongoing sih. Bukan berarti ada banyak yang pengen saya sampain soal ini juga.

Kayaknya si Taiga ini pasti bakal kesebut kalo ada orang yang nanya karakter cewek tsundere itu contohnya kayak gimana. Dia emang kasus yang akut banget menurut saya. Lol.

Ini salah satu dari dua manga yang saya baca tahun ini menggunakan trope Matchmaker Crush. Lucu juga karena dua-duanya sama-sama diikutin oleh fase denial yang cukup lama. Atau fasenya emang pasti selalu datang sebagai satu paket dalam trope tersebut ya? Heeem.

Sejauh ini saya mulai berasa terganggu sama fanservicenya. Srsly, mangaka/ novelisnya cowok ya? Padahal di awal-awal rasanya nggak sebanyak itu, tapi makin ke sini, level fanservice di manga ini berkembang ke arah yang mengkhawatirkan.

19. Lovely Complex - Aya Nakahara (10/10)

Yep, saat ini usia saya dua puluh satu tahun, dan saya baru baca salah satu shoujo manga paling legendaris tahun ini. Saya tidak bangga. Tapi manga ini emang bagus banget. Sebenernya saya mau protes soal menipisnya unrequited love angst setelah Risa dan Otani jadian, tapi sebagai gantinya, mereka makin kompak dan humornya makin menjadi-jadi, maka saya rasa apa yang hilang sudah cukup tergantikan. Eniwei, mungkin malah sebenernya itu hal yang bagus kalo angst cerita menipis digantikan dengan banyak tawa, mengingat, well, mereka kan pacaran. Hahahaha. (...saya ini ngomong apa sih)

Tapi lucu aja gitu, gimana saya dibikin nangis-nangis ga keruan di sepanjang tujuh volume (diselingi ngakak juga sih sesekali), terus ketawa terbahak-bahak sambil megangin perut di sepanjang sisanya.

One of the most memorable reads throughout the year. Saya pasti bakal baca ulang begitu ada kesempatan.

20. Watashi no Koibito - Sakisaka Io (10/10)

Manga kesekian yang saya baca setelah duluan tahu pengarangnya. Ah, saya emang CINTA mangaka ini. Setipe sama Strobe Edge, ceritanya juga tentang unrequited love. Bedanya, di Watashi no Koibito ini, saingan cintanya si cewek adalah kakaknya sendiri--yang ternyata nggak sedarah sama dia, tapi tetep sayang sama si adiknya ini.

Bagian favorit saya adalah gimana cerita diawali dengan Emi, si tokoh utama kita, nerima telpon confession salah sasaran dari Junta, yang sebenernya ditujuin buat kakaknya yang cantik, Miki. Kemudian di ending, Junta nelpon lagi buat confess, tapi kali ini dia nggak salah orang, telponnya emang ditujukan buat si Emi, gitu. Kalo itu nggak sweet, then I don't even know what is sweet anymore.

---

With this, I shall end my continuous rant review posts. Sejujurnya, yang saya baca nggak cuma dua puluh ini sih. Saya sempet baca beberapa series dan one-shots lain, tapi saya nilai semuanya nggak terlalu worthy buat direview. Ada juga Shugo Chara, yang akhirnya saya tamatin baca setelah bertahun-tahun ketunda. Atau Pandora Hearts yang masih saya ikutin sampe sekarang. Dan lain-lain. Tapi saya rasa mereka bukan tipe manga yang bisa saya komentarin, for one or many reasons, ehehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar